Friday, September 12, 2014

Oleh-oleh dari Seminar Asean Animation Festival di Bangkok

I want to write this post in English, so I could practice my English, cause it’s been so long since I wrote in English.  BUT…  this post is dedicated to Indonesian, especially Indonesian artist so I write this in Bahasa Indonesia.  international reader, please use the google translate :)

Pada bulan Juli 2014 di Thailand diadakan Festival Animasi Asean dengan tema Hak Cipta.  Saya beruntung menjadi salah satu dari lima orang animator Indonesia yang dikirim untuk mengikuti acara ini.  Beruntung karena tidak banyak yang tahu tentang event ini, jadi mungkin yang mengirimkan proposal pada tingkat nasional pun hanya beberapa orang.  Nah, dari beberapa orang itu dipilih 5 orang untuk mewakili Indonesia.

Jadi berangkatlah 5 orang animator ini ke Bangkok untuk mengikuti Festival Animasi Asean.  Sesuai temanya, di festival ini ada seminar mengenai hak cipta dan industri film/ animasi di ASEAN. Beberapa catatan mengenai Hak Cipta:

1.  Hak Cipta itu tidak perlu didaftarkan, otomatis dimiliki oleh yang membuat karya tersebut.
2.  Suatu karya barulah dianggap “sah” dilindungi oleh hak cipta saat karya itu “diterbitkan”.  
Diterbitkan maksudnya ada catatan yang jelas membuktikan bahwa Andalah pemilik karya tersebut.   Kalau bisa dilengkapi tanggal dan jam, serta ada saksi.  Ribet?  Tidak, contohnya bisa dengan mempostingnya di blog/ jurnal.  Tidak harus menunggu karya itu jadi, bisa juga Anda mencatat prosesnya.  Jika takut menunjukkan karya secara online kemudian dicuri, bisa juga Anda membuat catatan sendiri secara offline.  Jika kelak karya Anda dicuri, pastikan Anda punya bukti yang menunjukkan bahwa Anda yang membuat karya itu terlebih dahulu, jadi Anda bisa menuntut.  Meskipun menurut Mr. Thienchai Pinvises (sorry to call you Mr Lawyer), meng-hire pengacara bisa menambah masalah, jadi lindungilah karya Anda sejak awal.
Aturan/ hukum di tiap negara berbeda, jadi mungkin ada beberapa perbedaan.

Nah, di luar masalah Hak Cipta, yang menarik dari Festival Animasi Asean ini, kami bertemu dengan animator dari negara Asean lainnya seperti Malaysia, Filipina, Myanmar, Thailand dan Vietnam.  (Sayangnya tidak semua negara ASEAN mengirimkan perwakilan).  Kecuali Malaysia yang mungkin sudah terkenal dengan produk animasinya, dan Thailand yang industri perfilmannya cukup maju,  ternyata industri Animasi Indonesia memiliki kondisi yang hampir sama dengan negara Asean lainnya.
Dari segi kemampuan, sebenarnya animator Asean cukup baik bahkan bagus, tapi lebih banyak yang menjadi outsource bagi industri animasi di luar daripada membuat animasi yang baru.  Menurut Ms. Sopita Santitrakul hal ini bukan salah atau benar, lakukanlah apa yang Anda sukai.  
Sebagai animator mungkin Anda perlu makan dengan cara menjadi outsource, tapi sebagai artist pasti Anda ingin menghasilkan animasimu sendiri.  
Menghasilkan animasi sendiri tidak berarti membuat sendiri tapi bekerja samalah dengan orang lain.  (secara pribadi, menurutku inilah yang perlu kucoba).
Lalu pada sesi tanya jawab dibahaslah pula masalah klasik industri animasi yaitu kurangnya dukungan pemerintah, dan jawabannya klasik pula:  carilah kesempatan lain misal dengan ikut festival film, ciptakanlah "industri"mu.  Kusebut jawaban klasik karena di seminar animasi lain yang pernah kuikuti, jawabannya pun sama, padahal ngga janjian.  Tidak terbatas di industri animasi, di industri komik pun begitu.  kesimpulan: untuk maju tidak harus ada dukungan pemerintah :)

Hari kedua seminar ada penyampaian materi tentang pitching.  Jadi misalkan Anda punya ide animasi, bagaimanakah cara untuk mendapatkan dana atau memperoleh kesempatan bekerja sama.  Mungkin teman-teman yang bekerja di advertising atau marketing sudah biasa melakukan pitching, jadi lebih bisa menjelaskan arti pitching itu.  Kalau menurutku bentuk sederhana dari pitching itu  Yah… mirip-mirip dengan penjual obat, menyebutkan khasiat obat, kalau perlu demo dengan suara keras.  

Di Festival Animasi Asean ini dari 24 proposal yang terkumpul dipilihlah 12 proposal animasi untuk dipresentasikan di depan juri.  6 proposal yang lolos akan diproduksi animasinya.  Kenyataannya,  tidak semua ide (termasuk ide di luar festival ini) punya kesempatan seperti ini. jadi solusinya adalah Elevator Pitch.  Yaitu menciptakan kesempatan untuk mempresentasikan ide dengan cepat dan jelas setiap saat dan di mana saja.  Karena tidak ada yang tahu, kapan kesempatan itu ada, bisa saja suatu hari Anda bertemu sutradara favorit anda di dalam elevator yang sama.
Aku pernah lho dapat kerjaan saat sedang di mobil travel.  Kerjaan beneran dari sesama penumpang mobil travel, dan saat itu kebetulan saja aku lagi bawa portofolio. 


Istilah Bahasa Indonesianya “Kesempatan dalam Kesempitan”, mungkin kedengerannya ngga enak, seperti oportunis banget.  Tapi seperti wejangan teman saya, Indri:  “Keberuntungan adalah kesiapan yang bertemu dengan kesempatan”.  Jadi selalu bersiaplah menyongsong kesempatan :)

Next post: My Animation Proposal.